Sangat pilu sekali menyaksikan bencana moral dan materil yang menimpa bangsa ini. Kasus korupsi pejabat publik sudah menjadi pemberitaan seh...

Menyelamatkan Optimisme Bangsa*

Sangat pilu sekali menyaksikan bencana moral dan materil yang menimpa bangsa ini. Kasus korupsi pejabat publik sudah menjadi pemberitaan sehari-hari. Kekerasan, pelecehan seksual, dan narkoba seakan telah menjadi istilah yang akrab dengan generasi muda. Bencana alam mulai dari banjir, longsor, tsunami, dan gempa telah banyak memporak-porandakan tanah air ini.


Akan tetapi sebagai sebuah bangsa seharusnya kita tidak berlarut dalam penyesalan berkepanjangan. Bencana yang menimpa sebuah bangsa adalah suatu keniscayaan. Yang terpenting adalah kita harus menyadari inti masalah yang dapat membuat  bangsa tidak akan pernah bisa mengatasi bencana yang menimpanya. Keputusasaan atau hilangnya harapan. Itulah inti masalahnya. Sebuah bangsa akan menemui ajalnya jika tidak ada lagi harapan yang diperjuangkan.


Jika kita menyadari itu, maka kita akan tahu apa yang menjadi kunci utama dalam perbaikan bangsa ini. Kuncinya adalah optimisme. Optimisme akan menjembatani realita dan harapan. Jika optimisme dapat kita transformasikan dari optimisme individu menjadi optimisme kolektif dalam wujud optimisme bangsa, maka cerahnya masa depan bangsa ini bukan hal yang mustahil untuk kita raih.


Setidaknya ada empat upaya yang dapat dilakukan oleh individu untuk mewujudkan optimisme bangsa. Pertama, berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan karakter untuk anak-anak dan remaja. Kita tahu optimisme lahir dari karakter yang kokoh. Dan pendidikan karakter sangat penting diberikan kepada anak-anak dan remaja karena pada masa anak-anak karakter mulai dibentuk dan masa remaja adalah masa pencarian jati diri sekaligus penyempurnaan pembentukan karakter. Oleh sebab itu wajar saja jika banyak sekolah di Jepang yang memberlakukan kurikulum pendidikan moral pada siswa kelas satu sekolah dasar. Hasilnya etos kerja dan kedisiplinan mereka sangat tinggi. Partisipasi di sini bisa dengan cara bergabung dengan aktivis sosial yang menggeluti pendidikan karakter dalam menyelenggarakan berbagai program mereka, membuat wacana dukungan terhadap penyelenggaraan pendidikan karakter, menyalurkan donasi kepada lembaga yang memiliki concern dalam pendidikan karakter dan lain sebagainya.


Kedua, membiasakan berbagi informasi kebaikan. Terkadang pesimisme lahir dari perasaan ketidakberdayaan kolektif.  Makin banyak orang yang pesimis biasanya seseorang terpengaruh untuk ikut pesimis juga. Informasi positif akan membantu seseorang untuk menumbuhkan keyakinan bahwa masih ada harapan untuk mengentaskan bencana yang menimpa bangsa ini. Informasi kebaikan bisa berupa aktivitas sosial kemanusiaan, capaian prestasi anak bangsa, dan lain sebagainya. Itu semua akan menyadarkan kita bahwa masih ada orang-orang yang berupaya melakukan perbaikan, masih ada orang-orang yang dapat diandalkan untuk membangun bangsa ini, dan tentunya masih ada harapan yang dapat diperjuangkan secara bersama-sama.


Ketiga, bersikap kritis terhadap berita negatif. Tidak semua berita negatif adalah fakta. Bahkan terkadang berita negatif sering dibesar-besarkan dan dijadikan alat untuk membunuh karakter anak bangsa. Sikap kritis ini akan menangkal virus negatif thinking yang mudah tersebar melalui berita negatif yang bertransformasi menjadi opini publik. Dalah hal ini bukan berarti berita positif tidak dikritisi, akan tetapi upaya ini lebih kepada bentuk perlawanan terhadap prinsip ‘bad news is good news’ yang sudah menjadi rahasia umum kadangkala diterapkan oknum media tertentu.


Keempat, membangun kembali persaudaraan nasional. Sudah banyak bentuk pesimisme yang dilahirkan dari perpecahan bangsa ini. Berbagai macam konflik telah merontokkan persatuan dan kesatuan bangsa. Sudah saatnya generasi baru bangsa ini merajut kembali persaudaraan nasional agar optimisme bangsa lahir dari kerja-kerja besar yang dilakukan secara bersama-sama. Sudah saatnya kepentingan bangsa diperjuangkan dengan rasa persaudaraan yang kental. Dalam konteks ini golongan pelajar dan mahasiswa sangat tepat untuk menjadi pelopor gerakan persaudaraan ini karena posisinya yang strategis sebagai iron stock para pemimpin di masa depan.


Keempat upaya tadi harapannya bisa diupayakan oleh setiap individu untuk mewujudkan optimisme bangsa. Masa depan yang cerah bagi bangsa ini akan terwujud dengan optimisme sebagaimana terwujudnya kemerdekaan Indonesia berkat optimisme para pahlawan kemerdekaan yang tak kenal lelah berjuang.


*Tulisan ini dimuat di kampus.okezone.com dan bisa dilihat pada link berikut ini http://kampus.okezone.com/read/2013/02/06/95/757428/menyelamatkan-optimisme-bangsa

0 komentar: