Ada dua sikap ekstrim bangsa kita terhadap bahasa Indonesia. Sebagian masyarakat Indonesia ada yang membanggakannya secara berlebihan sehing...

Menyikapi Bahasa Kita*



Ada dua sikap ekstrim bangsa kita terhadap bahasa Indonesia. Sebagian masyarakat Indonesia ada yang membanggakannya secara berlebihan sehingga meninggalkan bahasa daerahnya. Banyak keluarga yang mulai membiasakan penggunaan bahasa Indonesia untuk komunikasi sehari-hari. Penggunaan bahasa Indonesia yang lebih modern, sehingga ada kesan bahwa orang yang berkomunikasi dengan bahasa daerah cenderung terbelakang. 

Di sisi lain ada fenomena yang bisa dianggap kontradiktif dengan realita di atas. Bahasa Indonesia bagi sebagian masyarakat Indonesia yang menjadi tidak terlalu istimewa. Ini merupakan pengaruh dari tren bahasa yang dipandang sabagai bahasa yang lebih berperadaban. Keadaan ini diperparah dengan terkikisnya bahasa Indonesia yang baku oleh bahasa ‘gaul’ yang dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan dan penambahan. Walaupun fenomena ini dianggap kontradiktif dari sikap pertama, tetapi pada hakikatnya merupakan sikap yang lebih ekstrim karena biasanya orang yang tidak terlalu bangga dengan bahasa indonesia secara otomatis tidak peduli lagi dengan bahasa daerah. Hal ini biasanya terdapat pada realita masyarakat di perkotaan. 

Kita harus bersikap moderat terhadap segala sesuatu, termasuk terhadap bahasa. Dua sikap ekstrim di atas harus dihindari. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional harus kita aplikasikan dan kita jaga kemurniannya sebagai identitas bangsa Indonesia secara umum. Adapun bahasa daerah harus tetap dipelihara juga karena ini merupakan kekayaan kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Tantangan kita ada pada manajemen aplikasinya.





Ada fenomena menarik terkait aplikasi bahasa Indonesia di dalam dan luar negeri. Aplikasi bahasa nasional ini bagi sebagian masyarakat identik dengan anggapan modernitas. Adapun di luar negeri aplikasi bahasa ini identik dengan pengenalan budaya dan penguatan hubungan antar kedua negara.





*Wacana ini pernah didiskusikan pada mata kuliah Kewarganegaraan di IPB

0 komentar: