Turki menjadi saksi sekularisasi. Pusat peradaban kaum muslimin itu sempat mengalami kepahitan sejarah dengan terhapusnya sistem kekhalifaha...

Panggilan Sejarah

Turki menjadi saksi sekularisasi. Pusat peradaban kaum muslimin itu sempat mengalami kepahitan sejarah dengan terhapusnya sistem kekhalifahan. Melalui revolusi yang tak terlalu lama the sick man mati dalam kehinaan. Ketika itu lenyaplah umat yang pernah menjadi singa di belantara peradaban bumi.

Tidak hanya lenyap, sejarah panjang singa ini dikubur agar keturunannya lupa atau sengaja melupakannya. Penghapusan, distorsi, dan fitnah ditimpakan. Belasan abad cerita singa ini menjadi cuplikan kecil pada buku-buku sejarah yang diajarkan di sekolah-sekolah dan di kampus-kampus. Terpinggirkan, terlupakan, dan terhinakan.

Habis gelap terbitlah terang. Wa tilkal ayyamu nudaawiluhaa bainannaas; Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (Ali-Imron : 140). Sekarang masa silam yang kelam tak usah disesalkan. Kita sudah membaca kembali janji Sang Maha Raja pada kitab-Nya. Kita sudah kembali belajar mengimaninya.

Anak-anak umat yang resah sudah memulai kembali perjuangan pendahulunya. Muhammad bin Abdul Wahab sudah berusaha melakukan pemurnian. Rasyid Ridha dan Jamaludin Al-Afghani sudah memberikan al-wa’yul fikriy; kesadaran pemikiran. Al-Bana sudah memulai memobilisasi massa untuk kembali mengembalikan eksistensi umat dan memimpin dunia. Iqbal sudah berusaha menyentuh nurani kita lewat sastranya. Al-Maududi sudah berusaha menyiapkan konsep-konsep yang dibutuhkan saat memimpin. Mereka semua resah; berusaha bertanggung jawab atas syahadatnya; berusaha memenuhi tuntutan syahadat sesempurna mungkin; berusaha membumikan Islam sesempurna mungkin sesuai yang dipahami oleh generasi perdana sebagai sistem yang komprehensif.

Sekarang tubuh mereka telah tumbang, tetapi fikrahnya telah menembusi jiwa-jiwa. Kata-kata mereka ibarat patung yang kini telah hidup setelah disirami darah mereka sendiri. Kata-kata mereka menyapa dan telah merasuki nurani-nurani yang tulus akan keimanannya. Sekarang nurani-nurani itu sudah terikat, berangkulan kembali. Hasilnya : generasi baru umat telah lahir; ummatu ad-dakwah!

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baikseperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat (Ibrohim : 24-25)

Tak terelakkan, geliat dakwah muncul di berbagai belahan bumi. Eksistensi umat sudah muncul kembali. Walau banyak yang tidak suka; mereka berusaha memadamkan kembali api kebangkitan ini. Walau banyak yang pesimis; mereka berusaha menebarkan keragu-raguan akan keberhasilannya mencapai ustadziyatul aalam-soko guru dunia. Semua itu tidak akan mengubah sama sekali akan kebenaran janji Sang Maha Raja!

Sekarang sejarah memanggil sekali lagi umat ini untuk memimpin dunia; untuk membangun peradaban berkeimanan; untuk merealisasikan kehendak-kehendak-Nya. Maukah kamu mengijinkan jiwamu memenuhi panggilannya?

Pondok Keadilan, 13 November 2011 17:14 WIB

0 komentar: