YANKEE Stadium, New York City, 23 September 2001, sore itu stadion baseball berkapasitas 50.000 orang didapati pengunjung. Mereka sedang melakukan perhelatan istimewa, “A Prayer for America”, do’a bersama di tengah kepedihan akibat peristiwa serangan atas gedung WTC beberapa hari sebelumnya.
Di atas panggung tampak mantan Presiden Bill Clinton dan isterinya, Senator Hillary Clinton, bersama Wali Kota New York Rudolf Giuliani, dan Gubernur Negara Bagian New York Robert Pataki. Tak ketinggalan, bintang talk show Oprah Winfrey, artis Bette Midler, penyanyi country Lee Greenwood dan banyak selebritis lainnya. Hadir pula para pemuka agama di Amerika Serikat, seperti para tokoh Yahudi, Protestan, Katolik, Sikh, Hindu, dan sebagainya.
Tiba-tiba suasana stadion hening, ketika tampil seorang pemuda ke atas panggung. Tak ada yang menyangka sebelumnya pemuda itu membacakan Surah Al-Hujurat ayat ke-13 yang menggambarkan pesan universal Islam demi perdamaian dunia.
Itulah sepenggal kisah heroik seorang pemuda muslim di New York. Dan memang pemuda ditakdirkan untuk memunculkan heroisme dalam hidup. “Berikanlah pemuda maka Aku akan mengubah dunia,” kata Sukarno.
Sejarah yang merupakan ‘industri para pahlawan’ selalu dihiasi oleh para pemuda. Mush’ab bin Umair pernah menoreh tinta emas di pentas sejarah sebagai da’i muda, utusan Rasulullah untuk Madinah. Ali bin Abi Thalib sempat membuat iri para sahabat Nabi yang lain dalam masalah qiyadah padahal kala itu Ia masih sangat muda. Muhammad Al-Fatih telah mewujudkan mimpi delapan abad umat Islam; mimpi membebaskan Konstantinopel saat Ia berusia dua puluh tiga tahun. Kitapun tentunya mengenang Jendral Sudirman yang taktik gerilyanya melegenda sampai era reformasi saat ini. Cerita klasik Musa, sang pemuda pemberani berhasil menggoyang imperium Fir’aun yang pongah dengan kekuasaan dan peradaban bangsanya.
Sebelum dibahas tentang pemuda dan dakwah, tentunya kita harus mempelajari kembali dakwah Mush’ab bin Umair di Madinah. Dari kisah tersebut dapat dijabarkan tiga kerangka besar tentang pemuda dan dakwah : urgensi pemuda dalam dakwah, bagaimana peranan mereka, dan seperti apa hasil keterlibatan mereka di dalamnya.
Pertama tentang urgensi pemuda dalam dakwah. Kenapa Rasulullah mengutus Mush’ab bin Umair yang masih muda? Padahal banyak sahabat yang lebih senior dari beliau. Ilmunya pun lebih luas dan mendalam karena mereka lebih dulu masuk Islam. Ada Abu Bakar Ash-Shidiq, Abu Dzar Al-Ghifari, Abdullah bin Mas’ud, dan sahabat lain yang berasal dari golongan As-Sabiqunal Awwalun. Ternyata yang menjadi kata kunci adalah ‘power’ yang menjadi penentu produktifitas dalam dakawah.
Dalam dakwah kekuatan sangat diperlukan. Sebagaimana yang kita pahami bahwa dakwah lebih diwarnai oleh jihad ekspansif (menyerang) ketimbang jihad defensif (bertahan). Dan itu membutuhkan kekuatan yang tidak sedikit. Tentunya dalam masalah kekuatan pemudalah yang berperan sebagai pemegang saham terbesar.
Urgensi lain yang dimiliki pemuda adalah semangat yang menggebu-gebu dan totalitas dalam tekad. Keduanya sangat jarang dimiliki oleh orang tua.
Kedua, tentang peranan pemuda dalam dakwah. Di sini peranan yang paling dominan adalah sebagai komunikator lintas peradaban; peradaban Islam dan peradaban kufur; peradaban haq dan peradaban bathil.
Kenapa peranan sebagai komunikator sangat dominan? Karena pemuda lebih memahami zaman dalam konteks kekinian. Biasanya orang tua hanya memahami zaman yang sudah dilaluinya dan pemahamannya tidak mau bergeser ke arah realitas masa kini. Sehingga sulit diajak mencari solusi permasalahan-permasalahn baru yang sudah jauh berbeda dengan permasalahan-permasalahn klasik. Inilah salah satu sebab elastisitas fiqhud dakwah sulit dipahami oleh orang-orang tua.
Ketiga, hasil keterlibatan mereka dalam berdakwah. Sangat jelas. Setelah Mush’ab bin Umair memperkenalkan konsep Islam dari pintu ke pintu, majelis satu ke majelis yang lain, keluarga satu ke keluarga yang lain akhirnya berduyun-duyun orang-orang Madinah masuk Islam. Hasil yang sangat fenomenal dari dakwah pemuda itu adalah Baiat Aqobah kedua. Dimana basis kekuatan Islam di Madinah kala itu menjanjikan perlindungan atas ‘saudara seiman’. Sekali lagi sangat jelas. Denga terlibatnya pemuda dalam dakwah maka tersebarlah cahaya Islam yang akan menuju tegaknya peradaban Islam sebagai guru dunia.
Sekarang tugas kita adalah menghadirkan pemuda yang mampu berkiprah dalam dakwah. Bisa. Kita bisa menghadirkan pemuda semacam itu. Karena sejatinya kitalah pemuda itu. Kita hanya perlu berikrar, beri’tikad dan beramal. Itulah hakikat iman yang menghunjam di dalam jiwa.
*pernah dimuat di buletin Forum Komunikasi Santri se-Wilayah III Cirebon
hari ini aku tersengat lagi. sesuatu yang orang-orang bilang motivasi. tapi ini lebih dari itu. ayo SEMANGAT BERDAKWAH!! ^o^p
BalasHapuslebih dari motivasi = hudan;petunjuk
BalasHapus