Dalam ekonomi kapitalistik tidak ada standar moral yang mengatur aktifitasnya. Keuntungan besar tentunya hampir selalu ada pada pemilik moda...

Ekonomi Syari'ah dan Arus Balik Sejarah (NLC Part V)



Dalam ekonomi kapitalistik tidak ada standar moral yang mengatur aktifitasnya. Keuntungan besar tentunya hampir selalu ada pada pemilik modal. Oleh sebab itu tidak heran jika prinsip ekonomi kapitalistik memisahkan antara sektor riil dan sektor moneter. Dampaknya sekarang banyak uang imajiner terus berputar, tetapi tidak seimbang dengan pembangunan yang ada. Pada tahun2007, transaksi sektor maya mencapai 95% dari total perdagangan dunia. Sedangkan, transaksi di sektor riil berupa perdagangan barang dan jasa kurang dari 5%. Volume transaksi maya yang terjadi di pasar uang dunia mencapai US$ 1,5 triliun/hari, sementara perdagangan barang dan komoditas hanya sebesar US$ 6 triliun/tahun (IMF and World Bank, 2008). Fakta inilah yang menjadi salah satu penyebab krisis ekonomi di Amerika dan Eropa.

Berbicara ekonomi syari’ah, ada salah satu perbedaan mendasar jika dibandingkan dengan ekonomi kapitalistik, yaitu terhubungnya sektor rill dengan sektor keuangan secara langsung. Dengan begitu aktifitasnya akan terhindar dari transaksi-transaksi maya di pasar uang dunia yang mengandung banyak syubhat. Selain itu ekonomi syari’ah tidak hanya berbasis pada finansial, melainkan juga berlandaskan moral dan kesejahteraan rakyat.

Salah satu produk ekonomi syari’ah yang berkembang sekarang adalah bank syari’ah. Dari tahun ke tahun jumlah nasabahnya bertambah. Ini menandakan bahwa masyarakat mulai percaya (trust) kepada model dan sistem bank syari’ah yang notabenenya adalah ujung tombak dari ekonomi Islam. Ini juga angin segar bagi perekonomian bangsa yang selama ini dikuasai non muslim.

Secara ideologis bank syari’ah juga mengarahkan umat muslim ber-Islam secara kaaffah di mana sedikit demi sedikit setiap sektor kehidupan –dalam hal ini sektor ekonomi- akan terisi oleh esensi-esensi sistem Islam. Mungkin ini adalah salah satu fenomena ‘arus balik’ sejarah yang diisyaratkan oleh Tamim Ansary, seorang sejarawan Afghanistan yang tinggal di USA dalam bukunya ‘Dari Puncak Baghdad’ terkait bangkitnya kembali semangat berislam. Wallahu a’lam…

0 komentar: