
Kampus, yang dikatakan sebagai benteng pertahanan terkahir untuk keselamatan bangsa ini mulai dipreteli kewibawaannya sebagai institusi pendidikan. Betapa tidak, melalui Pekan Kondom Nasional (PKN) yang diselenggarakan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) dan DKT Indonesia yang didukung oleh Menteri Kesehatan, seakan-akan kampus menjadi tempat yang tepat untuk dijadikan tujuan bus keliling yang membagi-bagikan kondom gratis sekaligus mensosialisasikannya. Seolah-olah kampus ditempati para penderita AIDS dan para pecandu seks bebas.
Berdalih dengan kampanye “safe sex”, praktek pembagian kondom gratis di kampus seolah hal yang berguna bagi mahasiswa. Padahal praktek seperti itu dapat membuat orang memiliki persepsi bahwa melakukan hubungan suami istri dengan siapa saja boleh asal memakai kondom. Safe sex yang benar adalah jika belum menikah, maka jangan melakukan hubungan suami istri, adapun jika sudah menikah, maka setialah dengan pasangan. Dengan pemahaman seperti itu, tentulah pembagian kondom di kampus salah sasaran.
Kita harus tahu prinsip ABC. Abstinence (no sex) untuk yang belum menikah. Be faithful (setia) untuk yang sudah menikah. Condom untuk yang beresiko AIDS tinggi, misalnya PSK. Jadi pembagian kondom di kampus merupakan penghinaan yang keji terhadap institusi pendidikan.
Sudah sangat jelas, Pekan Kondom Nasional sarat dengan kerendahan moral yang bersembunyi di balik jubah kepedulian dan intelektualitas palsu. Tidak heran, jika selalu ada kaum free sex atau pembelanya yang akan mendukung program tersebut. Kepedulian terhadap penderita AIDS seharusnya diekspresikan dengan kegiatan yang lebih bermanfaat berupa bantuan penyembuhan dan pembinaan medis. Menurut kajian medis saja kondom tidak bisa mencegah penyebaran virus HIV yang ukurannya 1/250 mikron.
Tidak ada pilihan lain, melawan Pekan Kondom Nasional atau kata ‘kampus’ akan disandingkan dengan kata ‘kondom’. Tentunya pilihan kedua sangat menjijikan. Mahasiswa dengan segenap kecintaannya terhadap almamater tentu harus berpikir minimal bisa mencegah bus kondom masuk kampus. Lebih dari itu dengan segenap idealismenya seharusnya mahasiswa bisa bersatu untuk melenyapkan program rendah yang bersembunyi di balik kedok kepedulian dan intelektualitas itu!
Tulisan yang ditulis dengan penuh perasaan marah, protes. Kerasa banget dalam setiap kalimatnya :)
BalasHapusYang buat tulisan ini keren adalah karena tulisan ini bukan hanya sekedar luapan perasaan tanpa ilmu. Tulisan ini didasari oleh intelektualitas. Salut buat Ketua Bem yang satu ini.
BalasHapuslebih dari itu yang penting adalah kalimat terakhir, kita harus punya sikap!
BalasHapusKomandan Sigit masih timbang2 dulu kayaknya hehe..
BalasHapusWalau saya cukup setuju dengan poin-poin di atas, bahwa seks bebas sebaiknya dicegah dan dihindari sejauh-jauhnya (ada artikel panjang mengenai dampak buruk psikologis seks bebas terhadap remaja, bahkan terhadap orang dewasa. Nanti saya cari lagi link-nya), yang kurang ditekankan adalah bahwa kondom sebenarnya merupakan salah satu metode yang paling ampuh untuk mencegah penularan STD, salah satunya adalah HIV.
BalasHapusTentu saja tidak 100% efektif, tapi cukup untuk mencegah. Bantuan pengobatan, hingga saat ini, masih sulit karena obat untuk HIV agak sulit untuk diperoleh (mahal, rumit, prosesnya panjang), dan obat-obat yang lebih mujarab masih diteliti, sehingga pencegahan dengan menggunakan kondom dalam berhubungan intim cukup baik untuk dilakukan.
Dan penggunaan kondom ini tidak terbatas pada prostitusi saja lho, karena berdasarkan beberapa artikel (misal yang satu ini) penyakit HIV sudah menular hingga ke ibu rumah tangga. Tidak tanggung-tanggung, 5000-an yang tertular. Bagaimana dengan anak-anak mereka? Bagaimana dengan orang lainnya?
Berhubungan intim dengan menggunakan kondom adalah salah satu metode pencegahan HIV yang ampuh, dan sebaiknya hal ini juga disadari keluarga-keluarga, terutama pria-pria yang sudah menikah. Malahan, menurut saya, kalau mau bagi-bagi kondom gratis kasihlah ke yang sudah menikah, jangan ke mahasiswa.
Makanya, kalau saya bilang: pekan kondomnya salah sasaran!!
That's the point! "salah sasaran" :)
BalasHapusBetul, betul, betul...
BalasHapusKalau begitu mari kita betulkan sasarannya, :D #Ehh
BalasHapus