“Aku akan membawa kepadamu pasukan yang mencintai kematian seperti kamu mencintai kehidupan!” , tulis Khalid bin Walid dalam suratnya untuk Gubernur Persia ketika hendak membebaskan wilayah Mesopotamia.
Wahai Khalid, sesungguhnya pasukan seperti apa yang engkau bawa? Apa yang mereka cari sampai mereka mencintai kematian yang merupakan hal yang paling ditakuti manusia? Apa yang ada dalam benak mereka sampai mencintai sesuatu yang setiap orang berusaha menghindarinya-kematian? Sungguh, pasukanmu membuat jiwa ini merasa menjadi kerdil di depan keagungan mereka. Lalu, engkau sendiri wahai Khalid, apa yang engkau inginkan dari seratus lebih pertempuran yang engkau menangkan? Apakah engkau mencari kebesaran nama dalam sejarah padahal engkau dipecat oleh Umar bin Khotob sampai engkau wafat di atas tempat tidur seperti domba mati?
Wahai manusia, tahukah kalian jawaban Khalid atas pertanyan-pertanyaan tadi? Tahukah kalian apa yang sering diucapkan Khalid di medan pertempuran? Inilah kalimat sejarah Khalid di setiap pertempuran : Ketika Allah memutuskan suatu permasalahan, itu pasti terjadi. Aku telah mendedikasikan hidupku menuju jalan Allah yang Maha Tinggi............ Aku adalah bangsawan petarung, aku adalah Pedang Allah, aku Khalid ibn Al-Walid.
Mulialah Khalid dan pasukannya! Mereka telah mengajarkan kita tentang visi abadi. Visi yang membebaskan manusia sejarah dari kekerdilan jiwanya. Visi yang telah mengangkat manusia sejarah menuju derajat terhormatnya. Visi yang selamanya akan membebaskan kita dari ketidakadilan sejarah : Allahu ghoyatuna; Allah tujuan kami.
Dari visi itulah lahir manusia-manusia yang sadar untuk siapa sebenarnya mereka bekerja. Mereka tetap bekerja dalam sunyi. Mereka tidak tertarik dengan hingar-bingar pengakuan publik, gemuruh tepuk tangan, atau sorotan kamera, sebab itu bukan tujuannya, sebab itu bukan kebanggaannya, sebab itu adalah ancaman kesia-siaan. Mereka selalu tersedu-sedu menangis karena menghayati betul firman Allah “Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, (karena) bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas (neraka). ” (Al-Ghasyiyah: 2-4)
Dari visi itulah lahir manusia-manusia yang tidak peduli akan hujatan pendengki, fitnahan pembual, dan siksaan penguasa tiran. Mereka terbebas dari ketidakadilan sejarah. Jiwa mereka merdeka dari subjektivitas manusia. Teguhlah hati mereka dengan firman Allah “...dan mereka tidak takut akan celaan orang yang suka mencela.” (Al-Maidah : 54)
Hadirnya Allah dengan segala yang terkait dengan-Nya; ridho-Nya, ampunan-Nya, rahmat-Nya, surga-Nya, murka-Nya, neraka-Nya telah melahirkan manusia-manusia sejarah yang memiliki visi hidup yang abadi. Ketika Uqbah bin Nafi’, salah satu sahabat Rasul yang menjadi komandan perang bergerak bersama pasukannya untuk membebaskan Afrika, beliau hanya mengucapkan sebuah kalimat yang sangat sederhana, “Ya Allah, terimalah amal kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
“Aku akan membawa kepadamu pasukan yang mencintai kematian seperti kamu mencintai kehidupan!” , tulis Khalid bin Walid dalam suratnya untuk...
Visi Abadi
About author: Diki Saefurohman
Pribadi yang tertarik dengan dunia sains, filsafat, dan politik. Penikmat sejarah dan sastra. Sedang mendalami dunia bisnis dengan pendekatan praktis.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kembali, panjatkan segala tindakan kita sebagai ibadah kepada Allah SWT. Niscaya kita mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat :D
BalasHapusArtikel yang bagus... terima kasih telah berbagi :)
Sama-sama :)
BalasHapusmaka, bukan hanya tentang amal..tapi lebih kpd rahmatnya lah..
BalasHapus*mampiirr.. jazakalloh for sharing :D
Waiyyak,..
BalasHapusSip, saya juga nanti mampir di blogmu..
Eh di blog mba maksudnya :)
BalasHapusO ya, saya masi kurang nyambung comment mba sebenarnya mengkritisi bagian tulisan yang mana.
Ehehe,gak nyambung ya?
BalasHapusEmg gak lg mengkritisi sh,,
Entah knapa d akhr baca tlsn ini, sy jd brpkir ttg amalan..
;kalo qt yakin masuk surga krn mengandalkn amalan2 qt,,sy jd teringat sang iblis yg telah berbakti kpd Allah selama ratusan ribu tahun.. Maka, bukan hanya krn amalan, tp karena rahmatNya lah.. :)
*bgitulah alur bpkrnya smpe tertulis komen ituu :D
Owh, sip. Sepakat, itu ada di buku-buku aqidah. I.Allah saya bahas di lain kesempatan. Memang tema aqidah sangat menarik :)
BalasHapusBekerjalah dalam hening, agar engkau semakin punya energi dalam bekerja. #Bekerja
BalasHapusProgressif bung!
Totalitas Progressif!
BalasHapusuyee!
eh, bekerja dalam hening. Kayak maling dong :P
BalasHapusitu kalau pake persepsi negatif :D
BalasHapusemm..
BalasHapus